Sunday, January 13, 2013

Chapter 5 Old Friend Comes Back to Life - Part 1


Nggak ada yang lebih mengerikan daripada menghadapi cewek yang marah tanpa sebab yang kuketahui pasti.
Wajahnya yang biasa datar dan monoton---yang bahkan kukira dia hanya bisa berekpresi seperti itu saja---kini menjadi merah padam karena marah,dan itu memberikan kesan menyeramkan tersendiri. Aku tak pahamkesalahan sebesar apa yang telah kuperbuat,tapi satu hal yang pasti : aku telah membuat Alice marah,yang berarti membunyikan alarm bahaya.
“Apa maksudmu melakukan itu?”tuntutnya marah. Suaranya bergetar,mungkin sedang menahan dirinya agar tidak berteriak-teriak dan memaki-maki.
Aku menelan ludah dan berjuang untuk melawan godaan yang sangat kuat untuk kabur dari kamar ini,pokoknya sejauh mungkin dari Alice yang sedang marah. Aku berhasil berkata,”Eh?”
Seharusnya aku tidak mengatakan itu. Mata hitam Alice berkilat berbahaya.
“Jelaskan kenapa kau lakukan itu,”ulangnya. Tatapannya tetap mematikan,membuat nyaliku menciut.
Itu?”tanyaku bingung.”Kenapa? alice,aku nggak ngerti---“
“Jawab apa yang kutanya,atau kau akan kubuat menari balet selama seminggu,”ancamnya. Aku tau jika keadaannya tidak segawat ini,kata-kata Alice tadi mungkin bisa kuanggap lelucon. Sayangnya,tatapan marahnya tidak berkurang sedikitpun,menunjukkan bahwa dia tidak akan menoleransi jika aku bertanya yang lain-lain lagi. Ini tidak membuatku lega sama sekali.
“Maksudmu---mimpi itu?”
“Kau mentransformasi memori itu ke dalam bentuk mimpi,”Alice mengangguk.” Aku tau kau bisa membuka memori lama seseorang dan membaca seenaknya,dan kau hebat dalam segalanya,tapi aku tak suka kau lakukan hal itu. Setiap orang punya privasi,dan jelaskan kenapa kau lakukan itu.”
Aku nggak ngerti bagian ‘hebat dalam segalanya’ tapi mata hitam Alice yang tidak berkedip itu membuatku tersudut.
Aku menggeleng.”Kau menuduhku melihat memorimu? Aku?”
Alice mendengus.” Tipe orang yang pandai berpura-pura bodoh. Tentu saja kau sedang melihat memoriku!”
“Tidak,”aku membela diri.” Aku tidak memimpikanmu.”
“Lalu,hukuman penggal kepala ibuku itu apa?”
Aku terperangah. Alice memandangku sinis.
“I...bu?”gumamku terbata-bata.”Itu ibu Celia. Apa hubungannya denganmu?”
Alice menelengkan kepala.” Celia adalah namaku sebelum diganti. Ada sesuatu dalam nama Celia yang terkutuk,dan untuk menghindari orang-orang tak diinginkan,aku tak memakai nama itu lagi.”
“Kenapa?”
Alice menarik nafas.” Semua orang tau putri dari seorang Kingston dan Peverell itu namanya Celia. Dan aku bosan ditatap orang dengan tatapan kasihan dan hina.”
Aku menduga ‘bosan’ yang dimaksud Alice mungkin adalah ‘sedih’.
“Kau dikucilkan keluarga Peverell?”
Alice memutar bola matanya.” Kenapa topik kita jadi melenceng? Aku tanya,kenapa---“
Sulit membayangkan Alice---Alice yang ini---dulunya adalah seorang gadis ceria yang suka tertawa dan gila bunga.
“Lalu,kau benar-benar gadis kecil itu,yang suka---“
“Iya,”tukas Alice cepat,kemarahan agak meredup dari matanya,digantikan dengan ekspresi malu,seolah ia tak mau membahas masalah ini. Aku menebak Alice sebenarnya punya banyak ekspresi muka yang bisa dibuatnya,tapi entah kenapa dia selalu memasang ekspresi datar dan dingin.
“Terus terang saja,aku nggak tau kenapa aku bisa melakukan itu,”kataku jujur.” Membaca memori orang,maksudku. Sungguh. Mimpi itu datang begitu saja tanpa kurencanakansebelumnya.”
Alice mengamatiku agak lama.” Belum stabil,maksudmu. Meledak-ledak.”
Aku mengangkat alis.”Apa?”
“Lupakan,”kata Alice buru-buru.
“Kenapa ibumu di---kau tahu.”
Alice mengalihkan pandangan ke jendela kamar.”Ibuku semarga denganmu,mungkin dia bibimu atau semacamnya. Keluarga besar Kingston.”
“Iya,aku tau.”
“Hubungan keluarga besar Kingston dan Peverell nggak baik,”katanya pelan.”Peverell sangat menjunjung soal kemurnian darah dan kehormatan. Peverell melarang keras hubungan dengan Kingston,jadi ketika mereka tau soal ibu---“Alice menghela nafas.” Mereka memutuskan untuk memberi hukuman secara sepihak padanya. Hanya gara-gara Kingston. Nggak ada yang bisa melarang. Gara-gara itu,permusuhan Kingston dan Peverell semakin mengerikan.”
Itu keterlaluan,pikirku. Peverell jelas bukan tipe keluarga yang bakal kusapa kalau bertemu di jalan. Lagipula meski aku sendiri Kingston,tapi aku nggak pernah tau bahwa aku punya keluarga besar dan apalagi tau soal hubungan kedua keluarga itu.
“Kenapa mereka bermusuhan?”
“Sejarah 300 tahun lalu,”Alice berusaha mengingat.” Aku juga tak tau kenapa kedua keluarga ini bermusuhan,tapi ada hubungannya dengan persaingan. 2 keluarga ini,bersama Princeton,merupakan keluarga besar tertua di kota ini.”
Aku menganggu.”Princeton? maksudmu Angelo?”
“Iya,”jawab Alice.”Angelo Princeton.”
“Soal Casey,”aku mengubah topik.”Dia hilang,kan? Apa dia pernah ditemukan? Bunyi namanya mirip K.C.”
“Dia tak pernah ditemukan,”jawab Alice,dari nadanya ia sedang tak ingin membahas Casey.
“Bagaimana kabar Andy?”tanyaku.
Dari raut mukanya,aku tau aku seharusnya tidak bertanya. Ia diam selama semenit. Setelah kuputuskan bahwa ia takkan menjawab lagi,tiba-tiba ia berkata,”hilang di malam hari,hari yang sama dengan hukuman ibuku.”
Alice memandangku,kemarahannya timbul lagi.” Kau ini melihat sedikit terlalu banyak.”
Aku menunduk,” M-maaf.”
Alice bangkit berdiri.” Kau punya 2 jam beres-beres sebelum makan malam.”
Ia berjalan ke arah pintu,hendak keluar. Tapi tiba-tiba ia berhanti,berbalik memandangku.
“Lagipula,hari ini aku baru saja ketemu Andy. Dia tampak lebih tinggi dariku,tapi dia jelas agak berbeda dari Andy yang kukenal. Tapi aku tak tau apa-apa soal kembarannya Casey.”

No comments:

Post a Comment