Sunday, January 27, 2013

Chapter 5 Old Friend Comes Back to Life Part 3


Tiba-tiba aku tak berselera makan.”Ibu?”
 Untuk pertama kalinya aku mendengar kabar soal ibu. Secercah harapan tiba-tiba saja muncul,tapi langsung padam begitu mengingat betapa cara Irena memarahi Joshua dengan kasar.” Ibu kenapa?”
“Ada yang harus kau ketahui terlebih dahulu,”kata Joshua,memutar-mutar spaghettinya dengan setengah hati.” Aku pernah bilang kan,kalau ayahmu sedang menjalani misi? Nah,ayahmu dalam bahaya. Hilang tanpa jejak.”
Lalu Joshua memasukkan spaghettinya yang telah diputar-putarnya itu dengan garpu ke dalam mulut. Mata hitamnya terlihat seperti melamun.
“Misi apa?”tanyaku.
“Hayden mencoba melacak markas K.C,”kata Joshua,kali ini ia mencelupkan sendoknya ke dalam sup,tapi ia malah mengaduk-aduk sup itu.” Seperti yang sudah pernah kubilang,Hayden dulunya juga sepertimu. Pemegang simbol terkuat. Meski dia sudah tak memiliki simbol itu,tapi ia masih punya kekuatannya. K.C. mengirim semacam surat petunjuk kepada Hayden,yang bahasanya hanya bisa dipahami Sang Rajawali dan Jaguar saja,”Joshua memandangku,matanya bersinar penuh harap.” Intinya,kau juga bisa membacanya. Aku masih menyimpan fotokopi dari surat petunjuk itu.”
Aku mengangkat alis.” Dan kau seharusnya juga bisa baca.”
Joshua menggeleng.” Tidak. Kan sudah kubilang,hanya pemegang simbol tengah,simbol biru,simbol terkuat,simbol Rajawali,yang bisa membacanya. Dan refleksinya,si Jaguar. Intinya,hanya kau dan Julius yang bisa baca.” Joshua kembali merenung.” Nggak ada gunanya minta tolong sama refleksi sebelum Julius. Dia terbunuh sewaktu mencoba mempraktikkan sihir hitam. Cuma aku dan ayahmu yang tersisa dari pemegang simbol dan refleksi  sebelum kau. Alice. Angelo. Dan refleksi yang lain.”
“Aku nggak paham,”gumamku,lalu tiba-tiba teringat bahwa aku harus menghabiskan makananku. Aku menusuk salah satu irisan salmon panggang.” Kau bilang hanya rajawali yang bisa baca. Kenapa ayahku,yang sekarang sudah tak punya simbol itu lagi,masih bisa membacanya?”
“Itu masih jadi misteri,”kata Joshua.” Mungkin kejadian pertama kali sejak berabad-abad lalu. Memang pernah ada kejadianserupa juga terjadi,yang masih bisa memakai penglihatan rajawali. Dan walau rajawali sudah berpindah tubuh,tetap saja orang yang dulunya ditempati rajawali itu masih punya sihirnya. Itu sihir sendiri. Rajawali hanya memperkuat. Kurasa satu-satunya jawaban hanyalah bertanya langsung pada si rajawali.”
Aku tak terlalu paham bagian terakhir yang dikatakan Joshua,tapi kuputuskan ada masalah yang  lebih mendesak dari itu. Aku memasukkan salmon tadi ke dalam mulut.” Jadi maksudmu... karena hanya aku---yang masih berada di pihak yang benar---yang bisa membaca surat itu,jadi kau ingin aku menyelamatkan Ayah?”
Joshua mengangguk,berhenti mengaduk-aduk supnya. Supnya sudah sangat encer,sehingga Alice mengernyit ketika melihatnya.”Ya. tapi jelas itu berbahaya. Salah satu hal yang paling harus kau lakukan adalah jauh-jauh dari markas K.C. karena mereka akan segera memburumu. Ingat kejadian di rumahmu itu.”
Aku menelan salmon panggangku dengan susah payah.” Benedict meninggal.”
Joshua kembali memandang supnya.” Kau anak Hayden. Kau bisa melacaknya dari surat petunjuk itu. Dan inilah masalahnya : Ibumu melarangku untuk membiarkanmu pergi. Dia tak peduli Hayden mati atau tidak,tapi ia tak ingin kau berada dalam bahaya.”
Aku merenung sejenak.” Apa mereka bercerai?”terkaku.
Dinilai dari ekspresi Joshua,jelas tebakanku tepat.” Itu bisa dibahas di lain waktu. Dan ada masalah yang lebih mendesak,Luke. Hayden mengirimku pesan cermin kilat. Penampilannya kacau,dan mukanya menunjukkan seolah ia sedang buru-buru,seperti sedang melarikan diri dari sesuatu yang buruk. Dia hanya berkata,’waktu kita 6 hari atau kita semua mati’.”
Pesan cermin?pikirku heran. Kuputuskan tidak mempermasalahkan hal itu dulu. “waktu kita 6 hari atau kita semua mati?”gumamku.” aku nggak ngerti.”
“aku hanya bisa menebak bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi,mungkin Hayden sudah menemukan markas itu,lalu ia tertangkap atau semacamnya. Dan ibumu egois. Aku sudah menjelaskan bahwa kita akan segera mati,tapi ia tak percaya. Dia pikir ayahmu sedang mengelabuinya atau apalah. Aku tidak akan memaksamu pergi,tapi kau yang putuskan sendiri.”
Joshua segera menghabiskan supnya.
“Lalu yang harus kulakukan adalah : membaca surat petunjuk dan selamatkan ayah,lalu kembali kemari?”
Joshua mengangguk.” Ya. Kurasa Hayden punya informasi soal siapa K.C. ini. Dan karena waktu kita tak banyak,sebaiknya kau putuskan pagi besok juga. Aku akan mengurus soal ibumu itu. Dan satu lagi,”Joshua bangkit berdiri.” Aku punya kejutan untukmu,mungkin akan sangat membantu di perjalananmu nanti.”
“Eh?”
“Puddingnya,Ayah,”Alice mengingatkan.
“Besok saja,aku kenyang,”jawab Joshua,kembali riang.” Kau juga tak perlu khawatir soal Maggie. Aku sudah memanipulasi ingatannya,jadi kau tenang saja. Kejutanmu di sana.”
Joshua menunjuk ke arah pintu depan.
Aku berbalik,melihat,lalu menahan nafas,tidak percaya pada penglihatanku. Seorang teman lama berdiri di sana,tersenyum melambai.” Kau---bagaimana mungkin---?”
“Halo,Luke,”sapanya sambil tersenyum jahil.” Rindu padaku?”

Sulit mempercayai bahwa Benedict masih hidup. Dia masih begitu solid. Ia mengenakan setelan coklat favoritnya,terlihat begitu berbeda dari image “Ayah”nya yang biasa. Ia terlihat begitu...ceria. Aneh untuk orang yang berusia 40 tahunan sepertinya.
“Kau---?”
Ia melambaikan tangannya.” Sudah lama aku ingin berhenti dari sikap seorang ayah. Aku tidak seperti itu,tau? Aku nggak paham kenapa harus sekaku itu,tapi aku melakukan aktingku dengan baik,bukan? Lagipula aku menganggapmu seperti murid yang sangat kusayang.”
“Bukan begitu,”aku berhasil merangkai kata-kata.”Kupikir kau sudah...”
Benedict tertawa. Tawanya terdengar terlalu ceria. Ada yang tidak beres.” Mati? Kalau aku mati,tentu saja aku bukan Guardian kelas A! Aku sudah tau mereka akan mengejar. Karena itu kusuruh---siapa guardian yang satu lagi? Sudahlah,lupakan---untuk pergi dari sana,sementara aku membuat figurin tiruanku sendiri di sana!”
Ia tampak begitu puas akan dirinya. Masih sulit buatku untuk membiasakan diri dengan menganggapnya bukan ayahku. Lagipula...tunggu. rasanya wajahnya jadi lebih...muda dari yang terakhir kali kuingat. Sekarang ia terlihat seperti berusia 20tahunan.
“Berapa umurmu?”tanyaku.
Cengiran Benedict memudar sedikit,agak bingung dengan perubahan topik ini.” Dua puluh lima.”
“Kenapa kau terlihat tua beberapa waktu yang lalu---umm...boleh aku panggil kau Ben saja? Benedict terlalu panjang.”
“Terserah sih,”katanya ceria.” Yah,kalau aku dengan penampilan begini,kubilang padamu bahwa aku ayahmu. Kau percaya,nggak?”
“Nggak,”aku mengaku.
“Karena itu aku merubah sedikit penglihatanmu,”katanya ceria.
“Pengli---maksudnya?”
“Kau akan belajar besok,bersama Miss Alice,”kata Ben cerah.” Dia memang sudah lumayan expert,tapi tak ada salahnya berlatih. Ayo,cepat habiskan makananmu.”


Saturday, January 26, 2013

Chapter 5 Old Friend Comes Back to Life Part 2

     Aku punya masalah baru : aku tersesat dalam usahaku mencari ruang makan.
     Jangan menertawakanku. Aku baru saja tiba di rumah ini—-untuk pertama kalinya---dan rumah Alice memang tak terlalu besar,tapi setelah apa yang telah kudengar dari Joshua,dan segala macam penglihatan soal membaca memori orang---dalam kasus ini aku melihat memori Alice,yang tak terlalu membuatnya senang,memang(bisa dibilang,jika keadaannya memungkinkan,dia bisa saja menghajarku). Tapi ini sudah cukup membuatku sulit mencari ruang makan,membutakan inderaku.
     Ketika aku melewati sebuah ruangan yang kelihatannya merupakan ruang tamu,aku mendengar suara Joshua berbicara di---setelah aku mengintip ke dalam---telepon.
    “Irena,tolong mengertilah. Keadaan sudah cukup sulit. Jangan melibatkan dia? Hanya dia yang dapat menemukannya.”
    Aku menelengkan kepala,tidak berminat menguping. Aku sudah hendak beranjak dari tempatku ketika aku mendengarkan  sebuah nama disebut.
    “Tidak,tapi Hayden juga dalam bahaya. Tidak bisa untuk tidak melibatkan anak itu.”
     Lalu terdengar jeritan dari telepon---suara wanita yang berteriak---sampai-sampai Joshua terpaksa menjauhkan gagang telepon dari telinganya sejauh 60 senti. Dan aku mendengar jelas apa yang diteriakkan wanita itu.
    “KAU NGGAK AKAN MELIBATKAN LUKE! PEDULI AMAT DENGAN HAYDEN!”
     T-tunggu…siapa nih yang menyebut-nyebut namaku? Dan apa hubungannya dengan Ayah? Yah,aku memang belum pernah secara langsung bertemu Hayden,(setidaknya yang kukira Ayah itu rupanya adalah Benedict,Guardianku)tapi setidaknya dia masih ayahku kan? Memangnya ada berapa kenalan Joshua yang bernama Hayden?
    Aku bukan orang yang suka menguping,tapi siapa yang bisa menahan diri untuk tidak menguping begitu mendengar namamu disebut?
    Joshua kembali mendekatkan gagang telepon ke telinganya,terlihat sangat hati-hati dan waspada,seolah takut gagang telepon itu bakal meledak.” Dengar,Irena. Kita hanya bisa mengandalkan anak itu. Dia bisa melacak keberadaan Hayden. Dan berhentilah bersikap egois seperti itu,apalagi waktu kita tinggal beberapa hari…”
    Tiba-tiba Joshua berhenti bicara,lalu menurunkan gagang telepon. Mungkin Irena sudah menutup teleponnya.” Dasar nenek sihir,”gerutunya.
    Joshua berbalik. Aku terlalu lambat sampai akhirnya dia melihatku. Dan cuma 2 kata yang muncul di kepalaku,gawat,ketahuan.
    Joshua mengangkat bahu.” Yah,kadang kita sendiri nggak bisa menahan diri untuk tidak menguping. Aku juga begitu. Nah,bagaimana jika kita makan malam dulu?”
    Percayalah,aku malu sekali telah ketahuan menguping. Tapi Joshua santai saja,malah sambil bersiul-siul menyanyikan salah satu lagu Kylie Minogue,Locomotion seolah tadi kami hanya kebetulan bertemu dan memutuskan berjalan bersama ke ruang makan.
    Makanan yang dihidangkan di meja sungguh menggugah selera,karena aku menemukan bahwa sebagian makanan itu adalah makanan kesukaanku. Salmon panggang,Chicken spaghetti casserole,dan Sup Veggie Cheese.
    “Woah,”gumamku sambil mengamati makanan di meja.”Siapa yang---“
    “Aku,”kata suara yang tak asing dari arah dapur.” Penutupnya blueberry pudding.”
    Aku menelan ludah.” Aku tak pernah tau kau bisa masak,Alice.”
    Joshua tertawa.” Alice pasti akan jadi istri yang baik.”
    Aku melirik Alice sambil bergumam pelan,”Istri?”
    Alice mengangkat alis,melemparkan tatapan sarkastik padaku.” Kau keberatan? Bagaimana jika aku bisa?”
    Aku tak berniat mencari masalah baru dengan Alice,maka aku memutuskan untuk tutup mulut dan melirik makanan di meja dengan tatapan lapar.
    “Ayo makan,”kata Joshua riang,tidak menyadari tatapan tajam Alice kepadaku.
     Aku mengambil tempat duduk di meja makan. Meja makannya tidak terlalu kecil,juga tak terlalu besar,tapi cukup untuk 5 orang. Meja itu ditutupi taplak meja bercorak kotak-kotak merah-emas. 
   “Aku makan ya,”kataku pelan.
    Aku menyendok salmon panggangku,lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak. Tapi ada yang harus kutanyakan sebelum kepalaku meledak,dan aku sudah menahan diri dari tadi.
    “Sir,”kataku sambil mencoba sedikit sup Veggie Cheese. Rasanya benar-benar pas,diam-diam aku menganggumi Alice (tenang saja,aku takkan pernah bilang padanya bahwa dia sangat pandai masak---mungkin ketika aku mati tenggelam,kurasa).” Aku mendengar Sir bicara lewat telepon,tapi aku hanya kebetulan lewat,bukannya sengaja menguping,”aku buru-buru menambahkan,melirik gugup pada Joshua,tapi Joshua hanya tersenyum,memintaku meneruskan,”aku-aku mendengar namaku disebut. Dan...Hayden. Ayah.”
    Joshua menghela nafas.” Sudah kubilang kita nggak akan bisa menyimpan hal ini lebih lama,”gerutunya,lebih kepada dirinya sendiri.
   “A-apa yang terjadi pada Ayahku?”tanyaku,tak bisa mengendalikan rasa penasaranku.” Bahaya apa yang---“
    “Aku akan menjelaskan,”janjinya.” Tapi kita akan mulai dari pertanyaan yang mendasar dulu...tahukah kau siapa yang menelepon tadi?”
    Aku menggeleng.” Seseorang yang bernama Irena?”
    Joshua menggaruk kepalanya,agak gugup,yang,jika dinilai dari pembicaraannya dengan Irena tadi,yah---mungkin dia takut pada Irena.“Dia Ibumu,Luke.”

Blah

Sorry,something went wrong with my stupid blog.

Sunday, January 13, 2013

Chapter 5 Old Friend Comes Back to Life - Part 1


Nggak ada yang lebih mengerikan daripada menghadapi cewek yang marah tanpa sebab yang kuketahui pasti.
Wajahnya yang biasa datar dan monoton---yang bahkan kukira dia hanya bisa berekpresi seperti itu saja---kini menjadi merah padam karena marah,dan itu memberikan kesan menyeramkan tersendiri. Aku tak pahamkesalahan sebesar apa yang telah kuperbuat,tapi satu hal yang pasti : aku telah membuat Alice marah,yang berarti membunyikan alarm bahaya.
“Apa maksudmu melakukan itu?”tuntutnya marah. Suaranya bergetar,mungkin sedang menahan dirinya agar tidak berteriak-teriak dan memaki-maki.
Aku menelan ludah dan berjuang untuk melawan godaan yang sangat kuat untuk kabur dari kamar ini,pokoknya sejauh mungkin dari Alice yang sedang marah. Aku berhasil berkata,”Eh?”
Seharusnya aku tidak mengatakan itu. Mata hitam Alice berkilat berbahaya.
“Jelaskan kenapa kau lakukan itu,”ulangnya. Tatapannya tetap mematikan,membuat nyaliku menciut.
Itu?”tanyaku bingung.”Kenapa? alice,aku nggak ngerti---“
“Jawab apa yang kutanya,atau kau akan kubuat menari balet selama seminggu,”ancamnya. Aku tau jika keadaannya tidak segawat ini,kata-kata Alice tadi mungkin bisa kuanggap lelucon. Sayangnya,tatapan marahnya tidak berkurang sedikitpun,menunjukkan bahwa dia tidak akan menoleransi jika aku bertanya yang lain-lain lagi. Ini tidak membuatku lega sama sekali.
“Maksudmu---mimpi itu?”
“Kau mentransformasi memori itu ke dalam bentuk mimpi,”Alice mengangguk.” Aku tau kau bisa membuka memori lama seseorang dan membaca seenaknya,dan kau hebat dalam segalanya,tapi aku tak suka kau lakukan hal itu. Setiap orang punya privasi,dan jelaskan kenapa kau lakukan itu.”
Aku nggak ngerti bagian ‘hebat dalam segalanya’ tapi mata hitam Alice yang tidak berkedip itu membuatku tersudut.
Aku menggeleng.”Kau menuduhku melihat memorimu? Aku?”
Alice mendengus.” Tipe orang yang pandai berpura-pura bodoh. Tentu saja kau sedang melihat memoriku!”
“Tidak,”aku membela diri.” Aku tidak memimpikanmu.”
“Lalu,hukuman penggal kepala ibuku itu apa?”
Aku terperangah. Alice memandangku sinis.
“I...bu?”gumamku terbata-bata.”Itu ibu Celia. Apa hubungannya denganmu?”
Alice menelengkan kepala.” Celia adalah namaku sebelum diganti. Ada sesuatu dalam nama Celia yang terkutuk,dan untuk menghindari orang-orang tak diinginkan,aku tak memakai nama itu lagi.”
“Kenapa?”
Alice menarik nafas.” Semua orang tau putri dari seorang Kingston dan Peverell itu namanya Celia. Dan aku bosan ditatap orang dengan tatapan kasihan dan hina.”
Aku menduga ‘bosan’ yang dimaksud Alice mungkin adalah ‘sedih’.
“Kau dikucilkan keluarga Peverell?”
Alice memutar bola matanya.” Kenapa topik kita jadi melenceng? Aku tanya,kenapa---“
Sulit membayangkan Alice---Alice yang ini---dulunya adalah seorang gadis ceria yang suka tertawa dan gila bunga.
“Lalu,kau benar-benar gadis kecil itu,yang suka---“
“Iya,”tukas Alice cepat,kemarahan agak meredup dari matanya,digantikan dengan ekspresi malu,seolah ia tak mau membahas masalah ini. Aku menebak Alice sebenarnya punya banyak ekspresi muka yang bisa dibuatnya,tapi entah kenapa dia selalu memasang ekspresi datar dan dingin.
“Terus terang saja,aku nggak tau kenapa aku bisa melakukan itu,”kataku jujur.” Membaca memori orang,maksudku. Sungguh. Mimpi itu datang begitu saja tanpa kurencanakansebelumnya.”
Alice mengamatiku agak lama.” Belum stabil,maksudmu. Meledak-ledak.”
Aku mengangkat alis.”Apa?”
“Lupakan,”kata Alice buru-buru.
“Kenapa ibumu di---kau tahu.”
Alice mengalihkan pandangan ke jendela kamar.”Ibuku semarga denganmu,mungkin dia bibimu atau semacamnya. Keluarga besar Kingston.”
“Iya,aku tau.”
“Hubungan keluarga besar Kingston dan Peverell nggak baik,”katanya pelan.”Peverell sangat menjunjung soal kemurnian darah dan kehormatan. Peverell melarang keras hubungan dengan Kingston,jadi ketika mereka tau soal ibu---“Alice menghela nafas.” Mereka memutuskan untuk memberi hukuman secara sepihak padanya. Hanya gara-gara Kingston. Nggak ada yang bisa melarang. Gara-gara itu,permusuhan Kingston dan Peverell semakin mengerikan.”
Itu keterlaluan,pikirku. Peverell jelas bukan tipe keluarga yang bakal kusapa kalau bertemu di jalan. Lagipula meski aku sendiri Kingston,tapi aku nggak pernah tau bahwa aku punya keluarga besar dan apalagi tau soal hubungan kedua keluarga itu.
“Kenapa mereka bermusuhan?”
“Sejarah 300 tahun lalu,”Alice berusaha mengingat.” Aku juga tak tau kenapa kedua keluarga ini bermusuhan,tapi ada hubungannya dengan persaingan. 2 keluarga ini,bersama Princeton,merupakan keluarga besar tertua di kota ini.”
Aku menganggu.”Princeton? maksudmu Angelo?”
“Iya,”jawab Alice.”Angelo Princeton.”
“Soal Casey,”aku mengubah topik.”Dia hilang,kan? Apa dia pernah ditemukan? Bunyi namanya mirip K.C.”
“Dia tak pernah ditemukan,”jawab Alice,dari nadanya ia sedang tak ingin membahas Casey.
“Bagaimana kabar Andy?”tanyaku.
Dari raut mukanya,aku tau aku seharusnya tidak bertanya. Ia diam selama semenit. Setelah kuputuskan bahwa ia takkan menjawab lagi,tiba-tiba ia berkata,”hilang di malam hari,hari yang sama dengan hukuman ibuku.”
Alice memandangku,kemarahannya timbul lagi.” Kau ini melihat sedikit terlalu banyak.”
Aku menunduk,” M-maaf.”
Alice bangkit berdiri.” Kau punya 2 jam beres-beres sebelum makan malam.”
Ia berjalan ke arah pintu,hendak keluar. Tapi tiba-tiba ia berhanti,berbalik memandangku.
“Lagipula,hari ini aku baru saja ketemu Andy. Dia tampak lebih tinggi dariku,tapi dia jelas agak berbeda dari Andy yang kukenal. Tapi aku tak tau apa-apa soal kembarannya Casey.”

Monday, January 7, 2013

Chapter 4 That Vision Part 2


Mimpiku aneh. Nggak bisa dibilang mimpi buruk,ataupun mimpi bagus. Lebih tepatnya,aku memimpikan orang lain yang nggak kukenal.
Aku sedang berada di rumah yang beratap rendah,berlantai 1. Seluruh rumah tampaknya dihiasi bunga-bungaan. Pasti aku sedang berada di semacam toko bunga atau apaan. Mataku menangkap sosok seorang anak perempuan berusia sekitar 5 tahun berambut pirang gelap yang rambutnya digerai hingga sebahu,sedang duduk di sofa,menggenggam sekuntum bunga moonlace. Sorot matanya yang berwarna hitam itu ceria dan seolah ingin sekali tahu apa yang bisa diperbuat moonlace,seolah moonlace itu bisa mengabulkan permintaan atau apa.
Terdengar pintu diseret terbuka. Gadis kecil itu menoleh,memandang ke arah datangnya suara pintu. Ia tersenyum lebar,senang sekali. Gadis ini pastinya anak yang sangat menyenangkan kepribadiannya.
“Ibu!”
Keceriaan dan kebahagiaannya tertumpah ke seluruh wajahnya ketika gadis itu berlari menyambut ibunya di pintu masuk. Sang ibu sendiri memeluk putrinya dengan sayang. Ibu nya mengenakan setelan pakaian kantor hitam dengan blus putih dan rok kerja hitam selutut,rambut pirangnya digelung di tengkuknya. Matanya sebiru laut.
“Nah,”kata ibunya.” Ibu membawa teman baru untukmu,jadi kamu nggak akan kesepian lagi.”
Mata hitam besar si gadis membesar dan berbinar-binar.” Benarkah? Celia nggak akan sendirian lagi?”
Ibunya mengangguk,lalu melepas pelukannya.” Mereka di sini sekarang. Mari masuk, Sayang.”
Dua bocah lelaki 5 tahunan yang berwajah mirip---sepertinya kembar,atau kalau tidak tentu saja kakak beradik yang sangat identik--- masuk ke dalam rumah. Mereka sama-sama memiliki mata cokelat tua dan berambut hitam gelap. Tinggi mereka juga sama. Pasti kembar.,hanya saja ekspresi di masing-masing wajah anak itu sangat berbeda.
Bocah yang pertama jelas saja anak yang berkepribadian menyenangkan. Ia murah senyum dan tampak seceria gadis kecil itu. Ia mengulurkan tangannya yang kecil dan gempal  kepada gadis itu.
“Namaku Casey,”bocah itu mengenalkan dirinya dengan senyum tersungging di wajah. Tipe bocah yang manis dan adik ideal.
Gadis itu tersenyum lebar dan menyambut uluran tangan Casey dengan semangat.” Celia! Celia Peverell!”
Celia menoleh kaku pada bocah yang kedua. Bocah yang kedua ini kelihatannya tak banyak bicara alias pendiam. Ia juga tidak tersenyum,tapi wajahnya juga tidak cemberut ataupun merajuk seperti kebanyakan bocah (biasanya bocah Cuma punya 2 ekspresi,yaitu tersenyum dan merajuk). Ekspresinya dingin,lebih tepatnya. Tidak berekspresi apa-apa,hanya memandang Celia seolah dia patung atau apa.
Celia tidak menyapa bocah itu.
Pemandangan berganti.
Kali ini latar nya berada di sebuah halaman berumput yang penuh petak-petak bunga. Celia sedang ada disana,sedang menanami tumbuhan entah apa bersama...kalau melihat ekspresi senangnya,itu sepertinya Casey. Mereka tertawa-tawa. Lalu Celia bangkit berdiri dan memutuskan mengejar kupu-kupu yang berterbangan di atas bunga-bunga itu. Casey mengikutinya,mengejarnya dari belakang,tertawa.
“Anak-anak,dimana ibu kalian?” sebuah suara berat dan kasar menyapa. Aku tak bisa melihat orang itu,karena orang itu tak terlihat dimananpun. Tapi Casey dan Celia melihat sesuatu di sisi kiriku,ekspresi bingung terpampang jelas di wajah mereka. Tapi aku tak bisa menoleh dari tempatku berdiri.
“Bagaimana kau bisa saja masuk lewat pagar dengan tanpa izin seperti itu?”tanya Celia nyaring,ekspresi polosnya terlihat jelas.
Suara berat itu terkekeh.” Itu nggak penting,gadis kecil. Aku ingin mengambil sesuatu yang merupakan milikku disini.”
“Kau orang asing,”Casey berkata pelan.” Keluar dari rumah kami atau kami akan berteriak meminta bantuan.”
Suara berat itu mendengus.” Rumah ? rumahmu bukan disini,Micasey. Tapi aku akan membawa mu pulang sekarang.”
“Micasey?”gumam Celia binngung.
Wajah Casey memucat, bisa dibilang hampir hijau. Ia mengepalkan tinju.” Siapa kau?”
Tampaknyaorang asing itu mulai mendekat,karena suara bicaranya makin keras dan terdengar dekat.” Hanya mengambilmu kembali.”
Lalu akhirnya aku dapat melihat orang asing itu. Dia tinggi,mungkin juga berewok,dan ia mengenakan semacam jas hujan hitam yang,menurutku,cukup aneh,karena cuacanya lumayan cerah. Ia mendekati Celia dan Casey dengan langkah cepat dan buru-buru. Kedua anak kecil itu mundur serentak,was-was.
Aku menahan nafas. Aku ingin membawa mereka berdua lari,tapi apa yang kulihat cuma penglihatan. Aku tak bisa apa-apa.
Si laki-laki penculik berbadan besar itu berusaha menangkap Casey. Anak itu menjerit keras-keras sambil memukul-mukul dan menendang-nendang si penculik,sementara Celia dengan berani menggigit tangan si penculik. Penculik itu meraung frustasi dan mengucapkan segala sumpah serapah yang tak seharusnya diucapkan di hadapan anak-anak. Ia memukul Celia hingga jatuh.
Semestinya pukulan sekeras itu akan membuat bocah usia 5 tahun manapun di dunia ini menangis. Tapi Celia tidak. Ia kembali bangkit dan kali ini berusaha memanjat tubuh penculik.
Casey melihat Celia. Ia menjerit agar Celia turun. Tapi Celia tidak menghiraukannya. Ia tetap memanjat,mencakar dan menggigit sekuat mungkin,sambil memekik,”Kau tak akan membawa Casey pergi!”
Penculik itu mulai marah dan mengguncang-guncang tubuhnya agar Celia lepas dari pegangan di punggungnya. Celia tetap bertahan.
Kau tak tau seberapa menegangkannya itu.
Akhirnya,Celia tak bisa menahan pegangannya lebih lama lagi. Ia terlempar ke rumput dan tak bangun lagi.
“CELIA!” jerit Casey.
Casey masih berusaha melepas dirinya dari Penculik sialan itu. Penculik itu malah mengeratkan pegangannya.” Dimana adikmu yang satu lagi?!”bentaknya.
Casey tutup mulut,memandang Penculiknya dengan amat marah.
Penculik itu menggeram.” Baiklah,terserah kau saja. Sepertinya dia juga tak ada disini,karena harusnya kalian bertiga main bersama.”
Dan kemudian,masih meronta-ronta,Casey dibawa Penculik itu pergi.
Pemandangannya berganti lagi.
Kali ini Celia sedang duduk termenung sendirian di teras rumah. Tampaknya dia stress dan murung. Seorang bocah kembaran Casey---aku tau itu bukan Casey karena wajahnya datar dan dingin,lagipula Casey telah diculik---mendekatinya.
Untuk pertama kalinya,bocah itu bicara.” Celia?”
Celia mendongak memandang bocah itu.” Apa?” tanyanya ketus.
Bocah itu menelengkan kepalanya.” Aku diminta Ibumu untuk menghiburmu. Ia sudah melaporkan penculikan itu ke polisi dan masih mencari Casey.”
Celia memandangnya.” Menghiburku? Aku bahkan tak tau namamu.”
Bocah itu mengernyit.” Kau tak pernah bertanya.”
“Dari wajahmu seolah kau tak mau ditanya.”
“Kau kan terlalu sibuk dengan Casey.”
“Apapun,”tukas Celia.” Siapa namamu?”
Bocah itu diam sejenak lalu berkata,”Andy.”
Celia kembali tersenyum.” Kau nggak pernah tersenyum ya?”
Untuk sedetik bocah itu tampak bingung.” Tersenyum?”
Celia menarik pergelangan tangan Andy.” Yuk,aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu.”
Lagi-lagi pemandangannya berganti.
Kali ini latarnya berada di tempat lain. Sebuah tempat luas yang atapnya ditutupi oleh kubah kaca. Di depanku,banyak orang berambut hitam sedang berkerumun seolah menyaksikan sesuatu dan mereka semua bergumam-gumam semangat. Seperti tempat nonton raksasa saja.
“Hukuman pancung bagi Kingston brengsek!”seru salahseorang dari kerumunan itu.
“Kotor!” sahut yang lain.
“Tidak murni!”
“Laksanakan!”
Aku mencoba merangsek kedepan untuk melihat apa yang terjadi. Rupanya aku tak perlu berkutat untuk maju menembus orang-orang banyak itu yang mirip tembok baja pertahanan yang kuat itu,karena aku dengan cukup mudah menembus mereka begitu saja. Mimpi kok.
Aku melihat alat-alat belenggu di tengah lingkaran kerumunan orang-orang itu. Ada belenggu untuk tangan,dan sebuah belenggu kayu yang lebih besar ada di tengahnya,mungkin untuk kepala. Siapa yang akan dibelenggu dan dibunuh?
Seseorang menuntun seorang wanita tinggi yang kedua tangannya diikat, masuk ke tengah lingkaran kerumunan,ke arah tempat belenggu. Semua orang semakin berseru-seru semangat dan seakan menggila. Jantungku sendiri nyaris copot begitu melihat siapa wanita itu.
Itu ibunya Celia,wajahnya lesu dan tampaknya telah berhari-hari tak makan.
Ini salah,aku bersikeras. Ibu Celia orang yang baik. Dia wanita yang baik dan ramah,nggak mungkin dibelenggu begitu saja! Ini salah!
Seorang yang lain mengeluarkan kertas bergulung yang panjang dan membacakan tuntutan.” Eva Farah Kingston,karena telah berani-beraninya masuk ke keluarga Peverell yang murni dan terhormat ini dan telah dengan liciknya memanipulasi pikiran Joshua Peverell...”
Sebuah suara berat dan serak menjerit dengan kasar.”DIA TIDAK MEMANIPULASIKU,WALTER BRENGSEK! KAU PIKIR KELUARGA BESAR RONGSOKANMU INI SEBEGITU BERHARGANYA DENGAN MEMBUNUH WANITA PILIHANKU?!”
“Amankan dia,”perintah orang yang sedang membaca itu.” Joshua hanya kalut.”
Joshua,dengan versi lebih muda 10 tahun, memaki dengan kata-kata yang paling kasar dan sambil berkutat melepaskan diri dari 2 orang yang menahannya. Ia menuding Walter dengan kurang ajar.” Ingatlah,kuburanmu akan kubongkar dan akan kucampakkan mayatmu ke laut untuk dimakan ikan!” lalu ia menghilang di balik pintu belakang sambil diseret oleh 2 orang tadi.
Walter berdeham.”...Karena itu ia akan dihukum dengan belenggu dan hukuman penggal kepala.”
Semua orang berseru girang. Eva,ibu Celia,dipaksa memasukkan tangan dan kepalanya ke dalam belenggu oleh orang yang menuntunnya tadi. Wajahnya tampak pasrah.
“Ada kata-kata terakhir?”tanya Walter.
Eva memandangnya dengan tatapan kosong.” Aku sudah memintamu agar putriku tak melihat---“
“Oh itu tak bisa,”tolak Walter halus.” Maaf,tapi dia memang harus menyaksikannya.”
Ada nada tertawa yang sinis dalam suara Walter.
“Sekarang!”
Ada suara yang menyakitkan,suara kapak menghantam batu. Aku tak berani melihatnya,dan kualihkan pandanganku ke arah kursi-kursi yang berderet panjang di depan.
Aku melihat Celia di sana,ekspresi ngerinya jelas tergambar di wajahnya.
Aku kembali disentakkan ke kenyataan.
Ketika aku bangun,aku melihat wajah seseorang di atasku. Wajahnya merah padam,dan---entah bagaimana,mungkin ini salahku,tapi sepertinya aku telah membuatnya sangat-sangat marah.

Saturday, January 5, 2013

Chapter 4 Part 1 That Vision


Wajah Alice menegang.” Julius?”
Ini pertama kalinya ia berkomentar sejak aku tiba kemari,kecuali saat ia dimintai komentar oleh ayahnya.
Aku mengangkat alis.” Kenapa? Kawan lama?”
Alice menggeleng.” Nggak apa-apa. Cuma pernah mendengar namanya entah dimana.”
Alice mengalihkan pandangan,memberiku sebuah petunjuk, bohong.
“Sebenarnya,Lucas,”Joshua memandangku,serius sekali.” Kau meninggalkan Benedict di pekarangan sendirian lho. Terkapar begitu saja.”
Tiba-tiba jantungku serasa merosot.” Eh? A-apa?”
Wajah serius Joshua rileks sedikit.” Tenanglah. Aku tau kalau kau panik,kau takkan memperhatikan sekelilingmu lagi. Aku sudah mengirim orang untuk membereskan dan mengamankan rumahmu. Aku akan memberitahu Black soal ini nanti.”
Aku menunduk gugup. Astaga,Joshua ahli sekali membuat orang lain terkena serangan  jantung kronis.”Black?”
“Kau butuh istirahat,”Joshua memutuskan.” Kau nggak mungkin pulang,terlalu beresiko. Malam ini,kau dan adikmu,akan menginap di sini. Alice akan menunjukkan jalannya padamu dan membantumu beres-beres.”
“B-beres-beres?” tanyaku heran.
“Sudah kubilang,aku mengutus orang ku ke rumahmu kan?”
“Oh.”
Suara mobil menekan-nekan klakson terdengar dari luar rumah. Benar-benar berisik.  Joshua mengernyit lalu kemudian berkata,”Baik,sepertinya barang-barangmu sudah sampai.”
“Er...”gumamku kaku.” Terima kasih...eh...Sir Joshua.”
Joshua memandangku lalu memberiku tatapan jenakanya.” Nggak masalah,Rajawali! Aku yakin kau dapat menyelesaikan segala hal! Nggak usah dipikirin! Nah,kalian berdua,sana ke mobil ambil barang-barang Lucas!”

Aku tak pernah menyangka ada orang yang tahu letak-letak barangku di rumah,yang menurutku,agak aneh...dan mengerikan. Seseorang yang dikirim Joshua telah membereskan barangbarang kami dan mengemasnya dalam 2 koper besar.
Beberapa waktu yang lalu,aku lupa dimana kuletakkan skateboard biru tua ku,dan sekarang skateboard itu ada di mobil pick-up merah besar yang bermuatan 2 koper besar dan sejumlah barang lain yang tidak kuketahui dan mungkin juga bukan milikku.
“Apa itu?” tanyaku,menunjuk sejumlah barang-barang tak kukenal itu.
“Itu... barang-barang entah-apa punya ayah,”gumam Alice monoton.” Ambil saja barangmu.”
“Err...oke.”
Aku mengambil koper-koper besar yang kukenali adalah milikku---salah,milik keluarga--- dan Alice membantuku menurunkannya ke tanah. Asal kalian tahu saja,aku nggak ngerti kenapa koper itu bisa memiliki berat 1 ton.
Setelah selesai menurunkan 2 koper dan skateboard tuaku,aku dan Alice bersama-sama menyeret koper berat itu,masing-masing menyeret sebuah.
Alice menuntun ku naik tangga kayu spiral yang berputar-putar.” Lantai 3,”katanya.
Lantai 3. Bayangkan saja harus naik tangga putar yang memusingkan sampai lantai 3 dengan menyeret beban seberat 1 ton.
Setelah perjalanan yang terasa hamir tak ada ujungnya itu (maaf,aku terlalu putus asa soalnya,karena tinggi 1 lantai mungkin sekitar 6 meter) akhirnya Alice menuntunku ke sebuah kamar. Kami masuk. Kamar itu memiliki desain sederhana,dindingnya berwarna biru muda seperti langit dan sebuah jendela berkusen kayu bertengger di sisi kiri dinding,menghadap ke halaman rumah. Tak banyak barang dan perabotan disana,cuma ada sebuah meja kerja biasa dengan kursi bersandarnya,sebuah tempat tidur yang bisa ditiduri 1 orang saja,dan sebuah lemari pakaian kayu setinggi 1,5 meter.
“Adikmu,kuputuskan,akan sekamar denganku,”kata Alice sambil meletakkan koper yang dipegangnya ke lantai ubin.” Nah,sebaiknya kita bereskan barangmu dulu. Yang mana kopermu?”
Aku mengangkat bahu.” Yang mana sajalah. Mungkin yang itu.”
Aku menunujuk koper yang sedang dipegang Alice. Alice menatap koper itu sejenak,lalu menjentikkan jarinya. Terdengar suara click! kecil dan Alice menarik resleting koper itu hingga terbuka.
Aku takjub sejenak,yakin bahwa aku baru saja menyaksikan sihir betulan.” Bagaimana caranya---“
“Teknik kecil sederhana,”jawab Alice enteng,lalu melihat barang di dalam koper. Ia mengernyit.” Kelihatannya ini...”
“Punyaku,”kataku cepat. Aku tak bisa membiarkan cewek yang kukenal tak lebih dari 3 jam ini mengobrak-abrik barang pribadiku.” Kalau kau nggak keberatan,aku lebih senang jika aku sendiri yang menyusun barangku sendiri.”
Aku tak bermaksud untuk tidak sopan,tapi nada bicaraku terdengar lebih dingin dari yang kukehendaki.
Alice mengangkat alisnya,tampaknya agak tersinggung---bukan,aku kesulitan membaca ekspresi wajahnya.” Oke.”
Lalu dia pun keluar.
Aku menghempaskan diriku ke atas tempat tidur yang berseprai biru muda yang senada dengan cat biru dindingnya,menghela nafas panjang. Perlu waktu bagiku untuk memahami semua ini. Aku perlu tidur,tentu saja.
dan aku tertidur.



Thursday, January 3, 2013

Chapter 3 Sir Joshua - Part 2


Rumah Sir Joshua hampir mirip dengan rumah kami,dengan atap coklat segitiga. Rumahnya tak begitu besar,tapi halamannya luas sekali.
Maaf,tapi aku nggak punya waktu untuk mendeskripsikan nya,karena kalian tau sendiri masalahku. Lain kali saja.
Aku menekan tombol bel di sisi tiang pembatas dengan pagarnya yang dipoles mengkilap. Kayu jenis apa ya? Cedar?
Nggak ada waktu mencemaskan hal kecil yang tak penting itu sekarang. Aku harus tau apa yang terjadi dan bila perlu menuntut paksa Sir Joshua agar mau menjelaskan. Tapi ada yang aneh.  Peverell. Rasanya aku pernah dengar nama itu....dimana aku pernah mendengarnya ya?
Suara wanita yang monoton dan dingin menjawab dari mesin penjawab yang ada di bawah tombol bel.” Cari siapa?”
“Sir Joshua...Peverell.”
“Anda siapa?”
Aku ragu dalam menjawab. Aku tak yakin Sir Joshua mengenalku atau tidak,tapi...keadaanku sekarang sudah cukup sulit.
“Lucas Kingston.”
Si wanita terdiam agak lama,sesaat kukira ia akan mengusirku ketika ia berkata,”Tunggu sebentar,akan kubukakan pintu.”
Tak lama kemudian kulihat seorang cewek yang kelihatan sebaya denganku keluar dari rumah. Ia mengenakan baju berlengan pendek yang polos berwarna merah gelap dan celana hitam selutut. Ia membukakan pagar.
Aku memandang cewek itu dan nyaris tersedak ludahku sendiri. Sekarang aku tau kenapa aku merasa familiar dengan nama Peverell.
“Alice?”tanyaku hati-hati.
Alice memandangku dengan mata hitamnya yang gelap kosong dan seolah tak bernyawa itu. Ia menelengkan kepalanya ke satu sisi,bingung.” Apa aku mengenalmu?”
“Eh,aku sekelas denganmu.”
Alice terdiam agak lama,merenung,berusaha mengingat-ingat.” Aku hanya kenal Angelo. Lebih baik kita bahas di dalam rumah.”
Aku dan Maggie masuk ke dalam dengan kaku sementara Alice kembali menutup pagar. Aura cewek itu dingin dan mengerikan.
Lalu kami masuk ke dalam rumah.
Rumahnya beraroma cinnamon---kayu manis---dan itu membuatku lumayan nyaman,melancarkan sirkulasi pernafasanku. Segalanya bernuansa cokleat karena kebanyakan barang terbuat dari kayu—selain dari perabotan,tentu saja. Kecuali mungkin sofa yang ada di tengah ruang tamu,yang berwarna hitam dan berbahan beludru.
Dan ada yang duduk di sofa itu. Sekilas kukira itu Roger,tapi ternyata bukan. Ia lelaki berusia sekitar 40an tahun yang berperawakan tinggi dan berotot. Yang membedaannya dari Roger adalah warna rambutnya yang hitam dan matanya juga hitam. Mirip dengan Alice,hanya saja lebih kelihatan bernyawa. Dari garis wajahnya ia bisa saja membuat lelucon yang akan membuatmu sakit perut sepanjang hari. Tampaknya orang yang menyenangkan.
“Sir Joshua?”tanyaku sopan,sementara Maggie menyapa,”Selamat siang,Sir.”
“Seharusnya kau mencontoh adikmu,”kata Sir Joshua dengan nada riang,yang lebih hidup dibandingkan dengan suara monoton Alice.” Menyapa dulu sebelum bertanya.”
Rasanya mukaku terbakar karena malu.” Maaf Sir. Selamat Siang.”
Ia nyengir jenaka.” Cuma bercanda. Nah apa yang membuat kalian datang memberi kunjungan istimewa ini? Duduklah,kalian kelihatan seperti baru saja lari maraton dan kalah.”
Alice keluar dari dapur (karena aku melihat kompor gas disana) membawa 2 gelas minuman yang berwarna kuning gelap. Mungkin teh sari apel. Entahlah. Ia meletakkannya di meja kayu di depan kami,lalu duduk di sebelah Sir Joshua.
“Ah,ini putriku,”kata Sir Joshua sambil tersenyum dan menepuk bahu Alice.” Alice Peverell. Dan Nona Phelps bisa menenangkan adikmu sebentar. Kurasa dia masih syok. Alice,antar dia ke atas menemui Nona Phelps.” Sir Joshua tersenyum pada Maggie,”kau tak keberatan kan?”
Maggie mengangguk,lalu Alice membawanya ke atas.
“ya,”kataku,ingin segera cerita.
Sir Joshua tampak mengerti.” Tunggu sampai Alice turun lalu,Nah. Ceritakan apa tujuanmu kemari.”
Beberapa detik kemudian Alice turun dan duduk,lalu Sir Joshua memberi isyarat padaku untuk memulai.
Aku menjelaskan segalanya,berusaha agar apa yang kusampaikan jelas,mudah dipahami,dan rinci,dan sesuai urutan. Bagaimana aku mengenal Julius,Roger dan Elaine,sampai kejadian tak masuk akal tadi.
Sir Joshua hanya bergumam,”hmm.”lalu berkata,”satu pertanyaan. Kenapa kau tampak tenang setelah apa yang kau alami? Adikmu panik.”
Aku bingung mendengar pertanyaan Sir Joshua.” Kukira anda akan menjelaskan segalanya padaku.”
“Nanti,setelah aku yakin apa itu,”jawabnya.” Bagaimana menurutmu,Alice? Kau pikir itu apa?”
 “Burung besar,kurasa,”jawab Alice monoton,memandangku dengan gaya analistis.” Mungkin elang?”
“Tidak,tak sekecil itu,”sela Sir Joshua menggeleng tak sependapat.” Lebih besar,berkepala dingin,cepat dalam segala hal,mata tajam,cukup bijak sebagai raja angkasa?”
Aku mengernyit bingung.” Apa yang kalian bicarakan?”
“Burung hantu?”usul Alice,mengabaikanku.
“Tidak,tidak sebijak dia,”Sir Joshua meletakkan tangan ke dagunya,berusaha berpikir dan menebak-nebak.” Ia punya kekuasaan. Nggak mungkin burung hantu. Sepertinya rajawali.”
“Namanya Cristovalle,”kata Alice.” Terlihat jelas dari sorot matanya.”
“mungkin,namanya sih Cristovalle,”gumam Sir Joshua.” Karena raja angkasa,mungkin Lucas bakal jadi ketua kalian nanti.”
“Ketua apa?”desakku ingin tahu.
Sir Joshua menatapku.” Lucas,aku tahu kenapa kau selalu tenang dalam segala hal. Apa kau pernah mengalami semacam....um...ada yang mencegahmu melakukan sesuatu dalam dirimu? Misalnya saat kau ingin melakukan itu,tapi instingmu tidak sependapat dan akhirnya kau selalu mengikuti instingmu?”
Aku makin bingung,tak mengerti sepatah pun kata-katanya. Tapi dengan cara yang aneh aku mengerti. Aku tidak paham,tapi diriku paham. Kedengarannya aneh ya? Tapi sejauh itulah yang bisa kujelaskan. Seolah ada sesuatu yang lain yang ada dalam diriku,memahaminya dengan baik. Kalau dipikir-pikir,mengerikan juga,karena ada benarnya juga. Meskipun aku tak paham,tapi aku teringat beberapa hal---bagaimana aku bisa-bisanya tenang saat melihat Ayahku terkapar,mungkin meninggal,George lenyap,melihat hal-hal yang tak masuk akal,bagaimana Julius,Elaine dan Roger berkhianat.
“Seperti di saat seperti ini,aku bisa tenang dan bukannya panik?”tanyaku memastikan.
“Tentu,”jawab Sir Joshua.” Jika anak lain mengalami hal serupa denganmu,pasti dia terkena serangan mental. Adikmu terlihat seperti itu,meski kuakui kalian semua keturunan memiliki sikap kalem,tapi dia tampak syok juga. Dan dinilai dari sikapmu,kau seolah terlihat pernah berurusan dengan sihir,padahal Benedict bilang dia nggak pernah diizinkanmu mendekati hal-hal seperti itu sampai waktumu tiba.”
Aku mendadak bingung. Tunggu,kata-katanya sulit dicerna.” B-Benedict? Siapa Benedict?”
Joshua tampak heran,lalu ekspresinya berubah seolah baru teringat sesuatu.” Ah iya,hampir lupa bahwa dia nggak pernah memberitahumu. Baiklah,tadi kau bilang Julius menyebut-nyebut soal 2 Guardian.”
“Ya.”
Joshua melambaikan tangan.” Tunggu,aku jadi bingung harus menjelaskan darimana. Baiklah.masalah guardian itu bisa menunggu. Kita akan mulai dari pertanyaan yang paling mendasar dan kau pahami dulu---siapakah sebenarnya Julius,Elaine dan Roger?”
“Ya.”
“Mereka itu bayangan kalian. Aduh,apa ya kata-kata yang cukup manusiawi supaya kau paham?  Begini,kau ini sebenarnya bukan manusia normal biasa.”
“Aku anak yang abnormal?”
“Bukan arti yang senegatif itu. Artinya kau ini bisa melakukan sesuatu yangt lebih dari manusia biasa,yaitu sihir.”
Aku tak menjawab,terkejut.
Joshua menghela nafas.” Begini. Ada 3 simbol yang tetap menjaga waktu dunia tetap stabil. Sampai disini mengerti?”
Aku menggeleng.” Waktu apa?”
Joshua mencoba sabar.” Kau ini nggak punya imajinasi ya? Pernah nonton film fantasi yang bercerita soal kestabilan waktu? Misalnya,waktu di kota A seharusnya Cuma beda 1 jam dari kota B. Karena waktu dunia kacau,maka bisa saja kota A berbeda waktu lebih cepat 100 hari daripada kota B,tapi itu kalau kekacauan waktunya nggak begitu parah. Biasanya bisa sampai terpisah 200 tahun,bahkan perbedaan zaman. Nah,sampai disini paham kan? Jangan bilang kau masih tak paham.”
Aku mencoba mencerna kata-kata Joshua. Aku mengangguk.
Joshua tampak lega.” Bagus. Nah,biasanya waktu akan tetap seimbang dan normal jika 3 simbol ini dijaga baik,tidak disalahgunakan. Kau memiliki simbol tengah,Simbol Pemimpin.”
Nah,yang ini agak sulit kucerna.” Pemimpin?”
  “Kau ingat Julius meminta batu darimu,kan?”tanya Joshua.
“Tapi aku nggak memilki batu yang dia maksud! Kalau memang ada,sudah kuberikan! Lagipula,aku nggak ngerti apa yang dia bilang,entah batu apa---”
“Kau menyimpan batu itu,”potong Joshua.” Kau memilikinya,hanya saja tidak berbentuk batu dan tidak pernah kau sadari bahwa kau memilikinya. Batu itu berubah bentuk menjadi Rajawali,Lucas.”
“Rajawali?”gumamku bingung. Aku tidak memelihara apapun. Aku bahkan tak pernah melihat rajawali langsung!
“Secara umum,mereka mengira simbol itu berupa batu,dan memang benar. Tapi ayahmu mengubah cara kerja batu menjadi sesuatu yang nggak gampang jatuh dan pindah tangan,sesuatu yang dapat melawan jika diambil orang yang salah. Dan oh ya,orang kaukira ayahmu itu bukan ayahmu. Dia Benedict yang kumaksud tadi,salah satu Guardianmu,dan satu guardian yang lain adalah Katie sendiri. Mereka dikirim ayahmu menjaga kalian,dan meminta Benedict memberimu pelatihan yang cukup untuk mempersiapkan diri.”
Aku memegang kepalaku,sakit kepala.” Sebentar. Berarti selama ini yang menjadi ayahku adalah Benedict,yang kukira Ayahku,dan memberiku pelatihan yang bahkan aku tak ingat pernah menjalankannya?”
Joshua mengernyit.” Kata-katamu sulit dipahami. Tapi Benedict adalah guardian yang dikirim ayahmu untuk menjagamu dan mengirim Katie menjaga kakak serta adikmu. Pelatihan? Tentu saja kau menjalankannya,tanpa kau sadari.”
Aku mengerang putus asa,merasa aku mungkin mengalami amnesia akut karena sama sekali tak ingat,lalu bingung akan banyak hal tapi aku tak tahu apa yang harus kutanyakan,dan masalah rajawali yang tak kutahu asal usulnya. Bayangkan semua itu bercampur di kepalamu,kepalamu akan meledak.
“Apa misalnya?”tanyaku pening.
“Arung jeram,melatihmu jika kau terpaksa harus melarikan diri melewati laut berombak dengan sebuah boat biasa,”jawab Joshua.” Terjun parasut,jika kau harus melarikan diri dari atas langit dan terjun ke bawah? Butuh keahlian kecuali kau tak masalah jika tulangmu remuk. Menembak jitu,tentu saja. Panjat tebing,itu keahlian yang dibutuhkan jika kau berpetualang. Mengendarai mobil balap,itu berguna untukmu juga jika kau sedang terburu-buru. Beladiri,berguna untukmu melindungi diri dan meningkatkan refleks yang bagus kalau kau memang terpaksa tidak boleh memakai sihir. Semua ada tujuannya.”
Kepalaku terasa semakin sakit,berusaha menyerap penjelasan Joshua yang panjang.” Baiklah. Sekarang,siapa sebenarnya Julius,Elaine,dan Roger?”
“Sebelum sampai kesana,sebaiknya kau pahami soal simbol itu dulu. Simbol Pemimpin mu,berbentuk rajawali. Rajawali itu ada dalam dirimu,menunggu untuk kau gunakan,mengubahnya ke bentuk yang nyata,yang biasa diubah jadi weapon. Kau tidak akan melihatnya tentu saja,kecuali saat kau berada dalam kondisi hidup dan mati. Jika dalam bentuk batu,warnanya biru seperti safir. Lalu 2 simbol lain ada pada Alice,dan Angelo.”
Aku agak terkejut,lalu memandang Alice.” Kau? Simbol?”
Alice mengangkat bahu.” Ada masalah dengan itu?”
“Angelo? Angelo Princeton? Angelo yang banyak fans itu?”
Alice mengangguk.” Ya. Dia. Simbol nya berbentuk singa,yang diubah menjadi senjata tombak. Batu nya warna kuning seperti citrine.”
“Dan kau?”
 “Ruby,batu merah. Simbol burung falcon,senjata pisau.”
“Ya,”kata Joshua lagi.” Tiga simbol itu,asal tak disalah gunakan dan tetap pada tangan yang benar,yaitu kalian,tak akan ada masalah. Dan ketiga simbol itu tak boleh bersatu. Tak boleh bersatu. Ingat itu. Atau akan terjadi hal yang sangat mengerikan.”
Aku menelan ludah.” Mengerikan...bagaimana?”
“Pertama tama,waktu akan segera kacau. Lama-lama akan terjadi perbedaan waktu yang sangat besar di setiap kota sampai bisa-bisa terpisah ke zaman yang berbeda-beda. Nah,kau bisa bayangkan itu kan?”
“Bukan hal yang bagus,”komentarku.
“Buruk,lebih tepatnya. Nah,ketiga simbol ini,masing-masing, punya bayangan. Semacam sesuatu yang mengikutimu kemanapun kau bergerak kan? Meski begitu,karena bayangan terlihat hitam,misterius,dan hanya bentuknya sama,kita tak pernah tau apa yang ada disana. Seperti apa rupanya. Kami sendiri belum begitu bisa memahaminya. Tapi ada yang bilang bayangan simbol adalah sisi kegelapan simbol itu sendiri. Tapi sebagai konsekuensinya,apa yang diperbuat simbol akan berefek sama pada bayangan. Bukannya itu yang dilakukan bayangan,mengikuti apa yang kita lakukan kan?”
“Aku...ngak ngerti.”
Joshua menghela nafas lagi,tampaknya mencoba sabar.” Begini. Kau ini kan pengguna simbol Pemimpin,batu biru yang menjelma jadi rajawali,yang hanya akan muncul jika kau berada dalam keadaan terdesak,berada dalam dirimu,dan bisa kau pakai juga untuk tujuan tertentu. Nah,kau sendiri –bukan,tapi simbolmu—punya sisi kegelapan yang mereka sebut sebagai bayangan dari simbol. Bayangan,atau refleksi ini,adalah satu kesatuan dengan simbol ini,tapi jelas karena simbol dan bayangan saling bertolak belakang,maka bisa dibilang nyaris mustahil untuk disatukan. Jika simbol dan bayangan bertemu,secara naluriah mereka akan saling menghancurkan satu sama lain. Setiap simbol punya bayangannya masing-masing.  Karena mereka adalah satu kesatuan,maka apa yang diperbuat atau diderita simbol,juga akan berefek sama dengan bayangan itu sendiri. Mereka harus disatukan,tapi mereka sendiri saling menghancurkan. Biasanya simbol pasti menang,tapi dengan hancurnya bayangan,akibatnya juga fatal dan...yah...tak kau sukai.”
“Misalnya?”
“Bayangkan saja cuaca terus-terusan cerah,tak ada hujan. Atau semua orang kaya,tak ada yang miskin. Semua orang pintar,tak ada yang cukup bodoh untuk menjadi bawahan.”
“Buruk.” 
“Bayangan dan simbol punya kekuatan yang sama,hanya saja satu adalah sisi terang dan yang satu lagi gelap. Tapi kita tau dunia terdiri dari terang dan gelap,jadi tak boleh dihancurkan.”
Aku mencoba mencerna kata-katanya. Yah,lumayan bisa dipahami. Aku teringat sesuatu.” Kenapa Julius seperti enggan menyakitiku? Ketika Roger ingin menghajarku,dia terus mencegatnya,padahal Roger bisa saja membuatku hancur bahkan lebih halus dari debu.”
Joshua menjentikkan jarinya.” Jika kau melukai simbolnya,otomatis bayangannya akan hancur juga. Lain cerita jika bayangan dihancurkan,simbol tidak akan apa-apa. Karena bayangan berasal dari simbol.”
“Lalu,siapa K.C.ini?”
Ekspresi Joshua menggelap.” Dia...sekarang ini dialah masalah kita. Dia sangat tertutup,misterius,dan tak ada yang tau banyak soal dia. Intinya,kita tak bisa menebak rencananya seperti apa karena tidak tau karakternya seperti apa,karena dia sangat menjaga identitasnya. Menurut kabar yang beredar,dia adalah orang dari dunia lain. Semacam itu,pokoknya dia bukan dari sini. Tidak dari dunia ini.”
“Maksud anda,seperti alien atau monster berkepala 3 atau makhluk aneh berwajah gepeng?”
Joshua mengerutkan kening.” Tidak se-fiksi itu,kurasa. Tapi kita belum tau apa maksud dan tujuannya,yang pasti dia sudah punya para bayangan itu di pihaknya,dan dia berusaha menarik kalian pengguna simbol...entah kenapa,dengan cara paksa padahal lebih mudah menyogok daripada menggertak,sebenarnya. Dan aku yakin dia bukan orang bodoh.”
“Um...oke. lalu kenapa ada perubahan rencana untuk membawa---menculik,bisa dibilang---George? Mereka menyebut-nyebut sesuatu soal ramalan George---“
“George Kingston,”Joshua merenung.” Dari dulu aku selalu tertarik pada kekuatan uniknya. Diwarisi dari ibunya.”
“M-maksudnya?” aku tertegun mendengar Joshua menyebut ibu. Biasanya aku meminta Ayah (Benedict,apapun) untuk menceritakannya,tapi dia enggan bercerita.
“Orangtua kalian...sudah,kau tahu,”Joshua berkata hati-hati.” Bercerai. Ibumu,Irena Scarlett, seorang diviner yang hebat,Penglihatan masa depannya sangat tajam,dan Ayahmu,yang memang bernama Hayden Kingston,dulunya dia pengguna simbol Pemimpin,diwarisi kepadamu,sedang menjalani misi rahasia. Artinya,simbol pemimpin selalu diwarisi kepada keluarga Kingston. Dan aku juga rekannya dalam menjalani misi dulu,pengguna Simbol Ruby. Jadi kurasa George mewarisi kemampuan itu dari ibunya,dan mungkin K.C menganggap itu berguna.”
Meski aku masih marah pada George,aku tetap lebih marah lagi pada orang—ataupun alien--- yang bernama K.C ini. Dia tak bisa sesuka-sukanya mengambil orang yang dia anggap berguna untuk dipakai seperti mainannya begitu saja.
“misi? Misi seperti apa yang kalian jalankan dulu?”tanyaku.
Butuh waktu agak lama sebelum akhirnya Joshua menjawab.” Itu tak terlalu penting jika dibandingkan misi baru yang akan kau hadapi nanti,nak. Kuharap kau selalu bijak dalam mengambil keputusan,karena misi yang sama sekali baru ini yang kau tempuh akan sangat berbahaya,lain dari biasanya kami tempuh.”
Aku menelan ludah,mencoba mengabaikan kata berbahaya.“Lalu,kesimpulannya ini bahwa Julius,Elaine dan Roger adalah Bayanganku,Alice,dan Angelo. Tapi...siapa bayanganku? Aku tak merasa ada yang wajahnya mirip denganku.”
Joshua tampak berpikir keras.” Simbolmu adalah simbol pemimpin,batu safir  terbesar dari simbol lain. Tapi,biasanya simbol dan bayangan ada memiliki kesamaan. Menurutmu,siapa yang tampak lebih mirip Ketua diantara mereka?”
Ketua...aku teringat caranya mencegah Roger menerkamku...caranya menenangkan Elaine,caranya memberi komando dan perintah...cara Roger dan Elaine menurutinya....benar. pasti dia.
“Julius,”gumamku pelan.” Julius Leondre. Dia bayanganku,refleksiku.”