Tuesday, November 5, 2013

Chapter 7 - Cogsworth - Part 3


LIGHTNING RIDE.
Kedengarannya keren,bukan?
Kurasa aku paham kenapa Drake ketakutan.
Joaquin menggambar semacam simbol di udara,dan tiba-tiba sebuah petir menyambar ke air. Air itu tentunya konduktor yang baik,bukan? Nah,kurasa kalian sudah dapat gambaran kejadiannya seperti apa.
CTAR!!!
Aku bisa merasakan listrik menyetrumku hingga ke saraf otak. Aku lumpuh sesaat.
“JOAQUIN!!!!!!”jerit Alice.” TAK TAHUKAH KAU AIR ITU KALAU DISAMBAR PETIR---“
“SORRY!!!!”
Kemudian rasa tersetrum itu hilang. Aku batuk-batuk,dan bajuku berasap. Alice sendiri terlihat seperti baru saja disentak jantungnya dengan listrik. Rambut Angelo tampak gosong sebelah. Drake tampaknya sudah sering mengalami ini. Ia entah bagaimana berhasil menyihir karet merah jambu raksasa di tengah laut untuk melindungi dirinya.
Joaquin mengamati kami.” Kalian hebat. Manusia biasa sih sudah entah kemana nyawanya. Kalau Drake sih sudah punya refleks bagus soal ini.”
“Lucu,”gumamku.
Joaquin terdiam sejenak,seperti baru teringat akan sesuatu.”Oh iya,”katanya,sambil menatapku.” Aku belum tahu namamu.”
Aku menghela nafas keras-keras. Lihat? Aku tak mengerti ada orang seperti Joaquin yang lupa menanyakan nama orang lain setelah bicara lama-lama dengan orang tersebut.” Kau terlalu sibuk mengoceh,tahu.”
“Apa sih namamu?”
“Luke Kingston.”
Joaquin cekikikan.”Lucky. Kurasa itu nama panggilanmu?”
Aku baru mau protes soal nama panggilan baruku itu ketika Joaquin menunjuk Alice.” Dan nona manis ini?”
Alice tampak jijik,tapi ia menjawab.” Alice Peverell.”
“Aha! Kurasa aku lebih suka namamu dipanggil Celia saja! Alice,Celia. Bagus kan?”
Alice tegang sesaat begitu mendengar nama lamanya disebut,tetapi Joaquin sudah beralih pada Angelo.” Dan Prince Charming ini?”
Kenarsisan Angelo tampaknya muncul kembali,setelah akhir-akhir ini tak ditunjukkan lagi.” Angelo Princeton.”
“Angela nama yang bagus untuk seorang Prince.”kata Joaquin ceria.
Ekspresi narsis Angelo luntur secepat kecepatan cahaya.
“Nah!”seru Joaquin lagi.” Cepat naik!”
Sebuah kilat putih panjang muncul dari dalam air,mengambang sekitar 10 senti dari permukaan laut. Maksudku,memang itu benar-benar kilat,hanya saja dia mirip tombak bercahaya. Tapi perasaaanku mengatakan bahwa itu adalah kilat sungguhan.
Semuanya memandang Joaquin dengan tatapan antara takut dan ragu.
“Apa?”tanyanya sambil naik ke atas kilat itu seperti naik sapu terbang. Kilat itu tidak melukainya sama sekali. Kapan sih aku bisa menyihir kilat seperti itu,yang berwarna putih? Kilatku saja masih berwarna biru.
“Kau yakin itu....”kata Angelo pelan.”...um...tidak...eh,membu---menyetrum?”
Joaquin menepuk dahinya.” Ya ampun! Untung kau ingatkan! Kalau nggak kalian semua bakalan jadi sate gosong!”
Joaquin menepuk-nepuk kilat itu hingga wara putihnya agak redup.” Nah,naiklah! Sudah aman!”
Tidak ada yang naik. Semuanya saling memandang.
“ Kilatnya sudah bisa dinaiki,”kata Drake pelan.” Percayalah,alasan mengerikan dari kilat itu sebenarnya bukan kena setrum.”
Angelo lah orang pertama yang berani naik ke kilat tersebut. Wajahnya pucat,tapi ia tetap maju. Aku berdoa dalam hati supaya Angelo nggak jadi sate.
Angelo naik.
Aku menahan nafas.
Dan dia baik-baik saja.
Aku membuang nafas lega. Aku melompat naik,dan Alice naik juga di belakangku. Drake tetap pada tempatnya,ekspresinya tetap sama dengan sebelumnya—takut.
“Drake?”tanya Joaquin.” Ya ampun! Aku akan pelan sedikit deh!”
Joaquin menarik Drake agar naik.
“Kau bilang kilatmu tak ada rem,”gumam Drake tak jelas.
“Memang,”kata Joaquin ceria,dan ia membuat gestur meninju udara.” AHOY!!!”
Lepas landasnya benar-benar mimpi buruk.
Tahu kecepatan cahaya kan? Bayangkan kau naik sapu terbang tanpa rem dengan kecepatan 300.000 m/s di udara. Kau tak sempat menarik nafas,jantungmu serasa berhenti,dan yang memenuhi pikiranmu hanyalah AKU MAU HIDUP tapi  yang keluar dari mulutmu adalah AAAAAAARGGHHHHH!!!!!
 Kira-kira seperti itu rasanya naik kilat-nya Joaquin.
Dalam waktu kurang dari 10 detik kilat tersebut berhenti,melontarkan kami semua dari udara ke tanah dengan hantaman keras.
BYUR!
Air menghantam wajahku(lagi). Tapi bedanya sepertinya ini bukan air asin. Bagus,dari air kembali ke air.
Aku berusaha naik ke permukaan air. Dan aku melihat sesuatu yang agak...yah..entahlah.
Di depanku banyak orang yang sedang memandang kami. Ekspresinya pun beraneka ragam. Ada yang ngeri,kaget,takut,syok,bahkan bengong. Mereka semua mengenakan seragam sekolah berwarna hitam dan dasi merah. Aku berusaha menghindari tatapan mata mereka. Kayaknya sih salah mendarat lagi.
Aku menoleh pada Joaquin.”  Dimana kita?”
Sebelum Joaquin sempat menjawab,kerumunan itu tiba-tiba terbelah menjadi dua. Seorang cewek berambut hitam panjang ikal dan berpakaian seragam yang sama menyeruak masuk. Ekspresinya sangat marah,itu tidak diragukan lagi. Nampak jelas kok dari tatapan mata hitamnya yang menusuk.
“Aku tahu kau orang yang sangat mengejutkan dan serba spektakuler,Joaquin,” katanya dengan suara tajam. Tatapan matanya sudah lebih disebut garang daripada benar-benar marah.” Tapi aku tak pernah menyangka kau ingin disambut di kolam renang. Kau benar-benar mau mati muda,ya?”

No comments:

Post a Comment