LIGHTNING RIDE.
Kedengarannya keren,bukan?
Kurasa aku paham kenapa Drake ketakutan.
Joaquin menggambar semacam simbol di udara,dan tiba-tiba sebuah
petir menyambar ke air. Air itu tentunya konduktor yang baik,bukan? Nah,kurasa
kalian sudah dapat gambaran kejadiannya seperti apa.
CTAR!!!
Aku bisa merasakan listrik menyetrumku hingga ke saraf otak. Aku
lumpuh sesaat.
“JOAQUIN!!!!!!”jerit Alice.” TAK TAHUKAH KAU AIR ITU KALAU
DISAMBAR PETIR---“
“SORRY!!!!”
Kemudian rasa tersetrum itu hilang. Aku batuk-batuk,dan bajuku
berasap. Alice sendiri terlihat seperti baru saja disentak jantungnya dengan
listrik. Rambut Angelo tampak gosong sebelah. Drake tampaknya sudah sering
mengalami ini. Ia entah bagaimana berhasil menyihir karet merah jambu raksasa
di tengah laut untuk melindungi dirinya.
Joaquin mengamati kami.” Kalian hebat. Manusia biasa sih sudah
entah kemana nyawanya. Kalau Drake sih sudah punya refleks bagus soal ini.”
“Lucu,”gumamku.
Joaquin terdiam sejenak,seperti baru teringat akan sesuatu.”Oh
iya,”katanya,sambil menatapku.” Aku belum tahu namamu.”
Aku menghela nafas keras-keras. Lihat? Aku tak mengerti ada orang
seperti Joaquin yang lupa menanyakan nama orang lain setelah bicara lama-lama
dengan orang tersebut.” Kau terlalu sibuk mengoceh,tahu.”
“Apa sih namamu?”
“Luke Kingston.”
Joaquin cekikikan.”Lucky. Kurasa itu nama panggilanmu?”
Aku baru mau protes soal nama panggilan baruku itu ketika Joaquin
menunjuk Alice.” Dan nona manis ini?”
Alice tampak jijik,tapi ia menjawab.” Alice Peverell.”
“Aha! Kurasa aku lebih suka namamu dipanggil Celia saja! Alice,Celia.
Bagus kan?”
Alice tegang sesaat begitu mendengar nama lamanya disebut,tetapi
Joaquin sudah beralih pada Angelo.” Dan Prince Charming ini?”
Kenarsisan Angelo tampaknya muncul kembali,setelah akhir-akhir ini
tak ditunjukkan lagi.” Angelo Princeton.”
“Angela nama yang bagus untuk seorang Prince.”kata Joaquin ceria.
Ekspresi narsis Angelo luntur secepat kecepatan cahaya.
“Nah!”seru Joaquin lagi.” Cepat naik!”
Sebuah kilat putih panjang muncul dari dalam air,mengambang
sekitar 10 senti dari permukaan laut. Maksudku,memang itu benar-benar
kilat,hanya saja dia mirip tombak bercahaya. Tapi perasaaanku mengatakan bahwa
itu adalah kilat sungguhan.
Semuanya memandang Joaquin dengan tatapan antara takut dan ragu.
“Apa?”tanyanya sambil naik ke atas kilat itu seperti naik sapu
terbang. Kilat itu tidak melukainya sama sekali. Kapan sih aku bisa menyihir
kilat seperti itu,yang berwarna putih? Kilatku saja masih berwarna biru.
“Kau yakin itu....”kata Angelo pelan.”...um...tidak...eh,membu---menyetrum?”
Joaquin menepuk dahinya.” Ya ampun! Untung kau ingatkan! Kalau
nggak kalian semua bakalan jadi sate gosong!”
Joaquin menepuk-nepuk kilat itu hingga wara putihnya agak redup.”
Nah,naiklah! Sudah aman!”
Tidak ada yang naik. Semuanya saling memandang.
“ Kilatnya sudah bisa dinaiki,”kata Drake pelan.”
Percayalah,alasan mengerikan dari kilat itu sebenarnya bukan kena setrum.”
Angelo lah orang pertama yang berani naik ke kilat tersebut.
Wajahnya pucat,tapi ia tetap maju. Aku berdoa dalam hati supaya Angelo nggak
jadi sate.
Angelo naik.
Aku menahan nafas.
Dan dia baik-baik saja.
Aku membuang nafas lega. Aku melompat naik,dan Alice naik juga di
belakangku. Drake tetap pada tempatnya,ekspresinya tetap sama dengan
sebelumnya—takut.
“Drake?”tanya Joaquin.” Ya ampun! Aku akan pelan sedikit deh!”
Joaquin menarik Drake agar naik.
“Kau bilang kilatmu tak ada rem,”gumam Drake tak jelas.
“Memang,”kata Joaquin ceria,dan ia membuat gestur meninju udara.”
AHOY!!!”
Lepas landasnya benar-benar mimpi buruk.
Tahu kecepatan cahaya kan? Bayangkan kau naik sapu terbang tanpa
rem dengan kecepatan 300.000 m/s di udara. Kau tak sempat menarik nafas,jantungmu
serasa berhenti,dan yang memenuhi pikiranmu hanyalah AKU MAU HIDUP tapi yang keluar dari mulutmu adalah
AAAAAAARGGHHHHH!!!!!
Kira-kira seperti itu
rasanya naik kilat-nya Joaquin.
Dalam waktu kurang dari 10 detik kilat tersebut berhenti,melontarkan
kami semua dari udara ke tanah dengan hantaman keras.
BYUR!
Air menghantam wajahku(lagi). Tapi bedanya sepertinya ini bukan
air asin. Bagus,dari air kembali ke air.
Aku berusaha naik ke permukaan air. Dan aku melihat sesuatu yang
agak...yah..entahlah.
Di depanku banyak orang yang sedang memandang kami. Ekspresinya pun
beraneka ragam. Ada yang ngeri,kaget,takut,syok,bahkan bengong. Mereka semua
mengenakan seragam sekolah berwarna hitam dan dasi merah. Aku berusaha menghindari
tatapan mata mereka. Kayaknya sih salah mendarat lagi.
Aku menoleh pada Joaquin.” Dimana
kita?”
Sebelum Joaquin sempat menjawab,kerumunan itu tiba-tiba terbelah
menjadi dua. Seorang cewek berambut hitam panjang ikal dan berpakaian seragam
yang sama menyeruak masuk. Ekspresinya sangat marah,itu tidak diragukan lagi. Nampak
jelas kok dari tatapan mata hitamnya yang menusuk.
“Aku tahu kau orang yang sangat mengejutkan dan serba
spektakuler,Joaquin,” katanya dengan suara tajam. Tatapan matanya sudah lebih
disebut garang daripada benar-benar marah.” Tapi aku tak pernah menyangka kau
ingin disambut di kolam renang. Kau benar-benar mau mati muda,ya?”
No comments:
Post a Comment